MAKALAH TATA NILAI DALAM BUDAYA SEKOLAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya dan
Tata Nilai Manajerial Kependidikan
Dosen Pengampu Drs. Syamsudin, M.Pd
Disusun oleh:
Mulya
Utami (20140720189
)
Ulfa
Latifa A.M (
20140720190 )
Kurnia
Ayu Kusuma ( 20140720191 )
Arifta
Wahyu Dwi Kurnia Sandi (
20140720192 )
Muhammad
Fatwa Khamidan (20140720193
)
Geza
Kharisma Melsandy (
20140720195 )
Indah
Kusumaningrum (
20140720196 )
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
A. Pengatar
Budaya merupakan produk lembaga
yang berakar dari sikap mental, komitmen,
dedikasi dan loyalitas setiap personil lembaga.
Budaya merupakan pendangan hidup
yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat
yang mencakup cara berfikir,
perilaku, sikap dan nilai-nilai
yang tercermin baik dalam bentuk fisik maupun abstrak.
Budaya adalah asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan diantara
para anggota kelompok atau organisasi
.budaya juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku,nilai-nilai,
sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan dan cara memandang persoalan serta pemecahannya.
Nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum
yang dijadikan pedoman dan petunjuk didalam bertingkah laku baik secara individual. kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik, buruk, benar, salah, patut atau tidak patut.
Eksistensi budaya sekolah memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas sekolah.
Kondisi ini mengingat bahwa budaya sekolah berkaitan erat dengan perilaku dan kebiasaan-kebiasaan warga sekolah untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan,serta cara memandang persoalan dan memecahkannya dilingkungan sekolah,
sehingga dapa tmemberikan landasan dan arah pada berlangsungnya suatu
proses pendidikan yang efektif dan efisien.
Dengan demikian maka subtansi budaya sekolah adalah perilaku,
nilai-nilai,sikap dan cara hidup warga sekolah
yang berusaha mendinamisir lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah.
Budaya sekolah yang
positif akan memberi
warna tersendiri dan sejalan dengan pelaksanaan menajemen berbasis sekolah.
B. Nilai – Nilai Budaya Sekolah
Menurut Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah
pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan - kebiasaan
yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam
jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga
sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah.
Ansar & Masaong (2011:187) mengemukakan budaya sekolah
merupakan sistem nilai sekolah dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan
serta cara warga sekolah berperilaku. Budaya sekolah dibangun dari kepercayaan
yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana sekolah seharusnya
dikelola atau dioperasikan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka budaya sekolah dapat diartikan sebagai perilaku,
nilai-nilai dan cara hidup warga sekolah.alah
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
budaya sekolah adalah nilai – nilai, prinsip – prinsip, tradisi – tradisi dan
kebiasan – kebiasan yang terbentuk dalam waktu lama dan diyakini warga sekolah
sehinggan mempengaruhi cara perilaku
warga sekolah.
Sedangkan, nilai – nilai budaya merupakan
nilai – nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup
organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol – simbol, dengan karakteristik tertentu
yang dapat dibedakan satu dan lainya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas
apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Menurut Clyde Kluckhohn dalam Pelyy (1994)
nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan
orang dengan orang dan tentang hal – hal yang diingini dan tidak diingini yang
mungkin bertalian dengan hubungan orang engan lingkungan dan sesama manusi
Jadi nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi
umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara
individual, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik, buruk
benar salah, patut atau tidak patut.
Sehinga nilai – Nilai budaya sekolah merupakan
nilai – nilai yang disepakati dan tertanam dalam warga sekolah yang mengakar
pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol – simbol, dengan
karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainya sebagai acuan
perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi yang akan
membentuk suatu budaya sekolah.
Nilai – nilai mempengaruhi cara bertindak
seseorang. Apabila nilai – nilai diimplementasikan oleh keseluruhan / sebagian
besar orang – orang di organisasi, maka tentu akan mempengaruhi perilaku
organisasi tersebut, termasuk produktivitas organisasi.
Nilai – nilai yang menjadi pilar budaya
sekolah dapat diprioritaskan pada nilai – nilai tertentu. Prioritas tersebut
kemungkinan diubah atau dapat ditukar dengan nilai – nilai lain sesuai dengan
fokus adaptasi lembaga dan keadaan lingkungan lembaga .
Jika digambarkan dalm bentuk kuadaran hubungan
antara kondisi eksterna, kondisi lingkungan, budaya sekolah dan nilai – nilai
yang dapat menjadi prioritas adalah sebagaimana pada gambar dibawah ini.
Dari kuadran di atas terlihat bahwa nilai –
nilai yang dikembangkan oleh sekolah dapat berbeda antara kuadran satu dengan
kuadran lain. Perbedaan tersebut karena dipengaruhi oleh fokus sekolah dan
kondisi lingkungan. Walaupun keseluruhan nilai – nilai yang dianut dalam semua
kuadaran merupakan nilai – nilai sangat baik dan penting untuk dimiliki
lembaga, namun adakalanya nilai – nilai tersebut menjadi sesuatu yang sangat
prioritas untuk diimplementasikan sesuai dengan kondisi yang dimilki oleh
sekolah.
Nilai – nilai yang dikembangkan sekolah,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai
organisasi pendidika, yang memiliki pesan dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai – nilai budaya kepada para
para siswanya. Lashway (1996) menyebutkan bahwa schools are moral
institutions designed to promote social norms...
Nilai – nilai yang mungkin dikembangkan di
sekolah tentunya sangat beragam. Jika merujuk pada pemikiran Spranger
sebagaimana di sampaikan oleh Sumadi Suryabrata (1990), maka setidaknya terdapat enam
jenis nilai yang seyogyanya dikembangkan di sekolah. Enam Jenis nilai
tersebut yaitu:
No
|
Nilai
|
Perilaku Dasar
|
1
|
Ilmu Pengetahua
|
Berfikir
|
2
|
Ekonomi
|
Bekerja
|
3
|
Kesenian
|
Menkmati keindahan
|
4
|
Keagamaan
|
Memuja
|
5
|
Kemasyarakatan
|
Berbakti/berkorban
|
6
|
Politik / kenegaraan
|
Berkuasa / Memerintah
|
Menurut Depdiknas (2002:14) nilai – nilai yang
dikembangkan dalam budaya sekolah antara lain budaya jujur, budaya saling
percaya, budaya kerjasama, budaya baca, budaya disiplin dan efisiensi, budaya
bersih, budaya berprestasi dan berkompetisi dan budaya memberi teguran dan
penghargaan.
Sumber – sumber nilai budaya sekolah antara
lain: agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan
keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai, antara lain religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggungjawab.
C. Nilai –Nilai Islam dalam Budaya Sekolah
Nilai-nilai Islam pada umumnya adalah
kesimpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran bagaimana manusia
menjalankan kehidupannnya diduniaini, yang satu prinsip dengan yang lainnya
saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapatdipisah- pisahkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia nilai-nilai dalam Islam adalah nilai-nilai keislaman bagian dari nilai
material yang terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani.
Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian
yang mencapai tingkat budi (insankamil).
Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya,
universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan
agama mengatasi rasio,
perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampui subyektifitas golongan ras,
bangsa dan stratifikasi
social.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan nilai
- nilai islam merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta
prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku yang bersumber dari
Al Qur’an dan Hadis.
Budaya sekolah mempunyai dampak yang kuat
terhadap prestasi kerja. Budaya sekolah merupakan faktor yang lebih penting
dalam menentukan sukses atau gagalnya sekolah. Jika prestasi kerja yang
diakibatkan oleh terciptanya budaya sekolah yang bertolak dari dan disemangati
oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam, maka akan bernilai ganda, yaitu
dipihak sekolah itu sendiri akan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif
dengan tetap menjaga nilai-nilai agama sebagai akar budaya bangsa, dan dilain pihak,
para pelaku sekolah seperti kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya, orang tua murid dan peserta didik itu sendiri berarti telah
mengamalkan nilai-nilai Ilahiyah, ubudiyah, dan muamalah, sehingga memperoleh
pahala yang berlipat ganda dan memiliki efek terhadap kehidupannya kelak.
Nilai-nilai Islam dalam budaya sekolah seperti
nilai keimanan, nilai ibadah, dan nilai akhlak, meskipun secara garis besar
tiga nilai tersebut sangat mempengaruhi budaya sekolah dan nilai tersebut juga
bisa membuat budaya yang baru disekolah tersebut.
Nilai keimanan, kepercayaan itu menghasilkan
rasa tenang menghadapi segala sesuatu sehingga hasilnya kepada Tuhan mereka
saja, mereka berserah digetarkan rasa yang menyentuh kalbu seorang Mukmin
ketika diingatkan tentang Allah, perintah atau larangan-Nya. Ketika itu jiwanya
dipenuhi oleh keindahan dan ke-Maha besaran Allah, sehingga bangkit dalam
dirinya rasa takut kepada-Nya, tergambar keagungan serta tergambar juga
pelanggaran dan dosanya. Semua itu mendorongnya untuk beramal dan taat.
Nilai ibadah. penanaman nilai ibadah pada anak usia dimulai dari dalam keluarga.
Karena anak masih kecil lebih menyukai kegiatan-kegiatan ibadah
yang nyata seperti melaksanakan sholat.
Nilai akhlak, dalam pengertian sehari-haria khlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti,
kesusilaan, sopan-santun dalam bahasa
Indonesia, dan tidak berbeda
pula dengan arti kata
moral
D. Pengembangan Nilai – Nilai dan Budaya Islam di
Sekolah
Penanaman nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa di sekolah dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu: (1) Integrasi nilai
melaui mata pelajaran. (2) Integrasi melaui kegiatan pengembangan kurikulum dan
(3) Melalui budaya sekolah (Sulistyowati, 2012: 47).
Menurut (Sulistyowati, 2012: 32) Adapun
nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa versi
Kemdiknas adalah (1) religius (2) jujur (3) toleransi (4) disiplin (5) kerja
keras (6) kreatif (7) mandiri (8) demokratis (9) rasa ingin tahu (10) semangat
kebangsaan (11) bersahabat/ komunikatif (12) menghargai prestasi (13) cinta
tanah air (14) cinta damai (15) nilai gemar membaca (16) nilai peduli
lingkungan (17) peduli sosial (18) tanggung jawab.
Menurut Thoha (2004) Nilai-nilai karakter
dapat ditanamkan dalam mata pelajaran pendidikan agama dengan cara diarahkan
pada beberapa fungsi antara lain sebagai fungsi konvensional, di mana
nilai-nilai karakter dalam pendidikan agama diarahkan untuk meningkatkan
komitmen dan perilaku keberagaman peserta didik. Fungsi neokonvensional yakni nilai-nilai karakter dalam pendidikan
agama diarahkan untuk meningkatkan keberagaman peserta didik sesuai dengan
keyakinannya. Fungsi implisit dimana nilai-nilai karakter dalam pendidikan
agama diarahkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara
terpadu dengan seluruh aspek kehidupan melalui berbagai subyek pelajaran.
Pendidikan agama merupakan bagian terpenting dalam kegiatan proses
pembelajaran di sekolah, sehingga penanaman nilai-nilai karakter dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan. Menanamkan nilai-nilai
karakter dalam pendidikan agama tidak hanya tanggung jawab keluarga maupun
masyarakat, namun sekolah memiliki tanggung jawab yang penting dalam
mengembangkan ajaran agama, sekaligus mengemban visi untuk mewujudkan manusia
yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dengan
demikian, pendidikan agama akan menghasilkan manusia yang jujur, amanah, adil,
berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis, produktif, baik
dalam kehidupan personal maupun sosial.
E. Strategi Implementasi Nilai – Nilai Budaya
Sekolah
Setiap sekolah/madrasah tentunya memiliki visi, misi dan tujuan
tersendiri. Di sekolah yang berbasis keIslaman seperti SDIT, SMPIT, SMAIT
ataupun yang berbentuk madrasah sperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah. Selain mengajarkan ilmu-ilmu umum dan agama dalam
sekolah-sekolah seperti diatas sangatlah memegang teguh nilai-nilai keIslaman
bahkan tidak sedikit yang menjadikan nilai-nilai keislam tersebut menjadi salah
satu visi, misi atau pun tujuan sekolah.
Kuntowijoyo
mengatakan:“Di dalam struktur keagamaan Islam, tidak dikenal dikotoml
antaradomain duniawi dan domain agama. Konsep tentang agama di dalamIslam bukan
semata-mata teologi, sehingga serba-pemikiran-teologibukanlah karakter Islam.
Nilai-nilai Islam pada dasarnya bersifat allembracingbagi penataan sistem
kehidupan sosial, politik, ekonomidan budaya".
Nilai-nilai Islam itu pada hakikatnya adalah
kumpulan dari prinsip-prinsiphidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia
seharusnyamenjalankan kehidupannya di dunia ini, yang
satu prinsip denganlainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh
tidak dapatdipisah-pisahkan.
Realita dilapangan dalam implementasi
nilai-nilai islam sebagai sebuah budaya sekolah itu tidaklah mudah baik karena
terkendala factor internal maupun eksternal. Maka dibutuhkanlah sebuah strategi
yang baik agar dapat mengimnplementasikan nilai-nilai islam menjadi budaya
sekolah secara efektif dan efisien.
Berikut beberapa setrategi implementasi nilai-nilai islam sebagai
budaya sekolah:
1. Sosialisasi, Sosialisasi dilakukan kepada
seluruh anggota baru di sekolah/madrasah, baik dengansosialisasi kepada guru
baru, karyawan baru dan terlebih kepada para siswa baru.
2. Pendidikan.
Dalam setiap mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa disisipi atau
diselingi nilai-nilai islam yang dengannya secara tidak langsung akan
membudayakan nilai-nilai islam sebagai budaya sekolah.
3. Pemberdayaan. Memberdayakan semua pengampu
kepentingan atau stakeholder baik itu orangtua, guru dan sekolah, agar dapat
berperan aktif dalam penerapan nilai-nilai islam di sekolah agar menjadi sebuah
budaya sekolah yang kuat.
4.
Pembudayaan. Prilaku dan nilai-nilai islam dibina dan
dibudayakan agar nilai-nilai menjadi
sebuah budaya yang kuat sehingga tidak hanya disekolah saja kita dapati hal
tersebut, bahkan diluar sekolah seperti dirumah dan dimasyarakat pun akan kita
dapati nilai-nilai islam tersebut senantiasa ada pada guru-guru, karyawan dan
siswa-siswa sekolah. Hal
ini sangatlah mungkin terjadi apabila nilai-nilai islam tersebut telah menjadi
sebuah budaya yang kuat baik sekolah atau madrasah.
5.
Kerjasama. Membangun kerjasama sinergis antara semua pemangku
kepentingan
6.
Melibatkan pesrta didik secara aktif dan menyenangkan dalam
penerapan nilai-nilai islam sebagai budaya di sekolah.
Contoh-contoh kegiatan real dalam
setrategi implementasi nilai-nilai islam dalam budaya sekolah :
·
Menyusun dan melaksanakn pedoman nilai-nilai islam di sekolah
·
Menempelkan kata-kata hikmah dan memasangnya di ruang-runag kelas
serta tempat-tempat strategis lainnya di sekolah.
·
Mengapresiasi nilai-niali islam yang dilakukan siswa.
·
Guru menerapkan nilai-nilai islam agar menjadi teladan bagi para
siswa disekolah.
Saat nilai-nilai islam telah menjadi buadaya
yang kuat di sebuah sekolah/madrasah maka itu akan dapat kita amati dalam
kehidupan keseharian guru dan siswa baik itu dalam kegiatan belajar mengajar,
kesaharian di sekolah serta keseharian dirumah dan masyarakan, dan sirklus ini
akan senantiasa berputar dalam lajur yang positif saat budaya sekolah kuat. Lihat gambar dibawah ini.
F. Penelitian tentang Tata Nilai dan Budaya
Sekolah
a. Jurnal Pertama
· Tujuan penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menjelaskan peranan pendidikan pramukadalam
meningkatkan kesadaran tata tertib pada siswa MAN Wonogiri.
·
Metode
penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah
kualitatif
·
Hasil
penelitian
Hasil penelitian ini menunjukan tiga temuan
yaitu:
Pertama Pandangan guru dan persepsi siswa terhadap peranan pendidikan
pramuka dalam peningkatan kesadaran tata tertib di MAN Wonogiri, dimana baik
siswa maupun guru merasakan pentingnya kegiatan pramuka dalam menanamkan
tanggung jawab pada siswa sehingga membentuk pribadi yang bertanggung jawab.
Kedua: program kerja dalam kegiatan pramuka ini terbagi menjadi dua
yaitu kegiatan latihan rutin dan kegiatan insidental. Kegiatan rutin terbagi
menjadi dua yaitu rutin terprogram yang meliputi upacara pembukaan latihan,
PBB, Ujian SKU, IMPK maupun upacara penutupan. Sedangkan latihan rutin yang
tidak terprogram meliputi tepuk tangann bernyanyi, napak tilas, penyelesaian
TKK, Ubaloka dan pramuli. Kegiatan insidental meliputi latihan gabungan, SAKA,
Pembuatan KTA, Pendelegasian tugas partisipatif.
Ketiga: upaya organisasi gerakan pramuka dalam meningkatkan kesadaran
tata tertib pada siswa MAN Wonogiri adalah dengan meningkatkan mutu kegiatan
yang variatif dan sistem pembinaan yang berkelanjutan dengan menerapkan
berbagai metode, sehingga siswa tidak merasa bosan dan selalu mendapat ilmu dan
merasakan manfaatnya sehingga bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
kegiatan pramuka kedalam masyarakat masyarakat nantinya
b. Jurnal Kedua
·
Tujuan penelitian
ü Proses pembelajaran sponge cutting di kelas X IPA 4 SMA Negeri 1
Polokarto
ü Visualisasi bentuk karya sponge cutting yang di hasilkan siswa
kelas XIPA 4 SMA Negeri 1 Pookarto
ü Dampak pembelajran sponge cutting terhadap kreativitas siswa kelas
XIPA 4 SMA Negeri 1 Pookarto
·
Metode
penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah
kualitatif
·
Hasil
penelitian
Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Pertama pembelajaran kreasi sponge cutting meliputi: (a) persiapan
antara lain; menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan media,
materi, metode dan evaluasi pembelajaran. (b) pelaksanaan pembelajaran antara
lain; menjelaskan materi pembelajaran, memberikan contoh karya, mendemonstrasikan
teknik pembuatan karya, memberikan tugas membuat karya individu dan kelompok
dan mengevaluasi hasil karya siswa.
Kedua visualisasi bentuk karya sponge cutting yang dihasilkan
siswa yaitu bentuk kap lampu dengan ornamen motif geometris, flora fauna dan
motif-motif bebas dengan menerapkan prinsip-prinsip seni rupa.
Ketiga dampak pembelajaran kreasi sponge cutting terhadap
kreativitas siswa yaitu siswa mampu merepresentasikan gagasannya ke dalam
bentuk visual dan mampu membangun kerjasama antar siswa.
c. Jurnal Ketiga
·
Tujuan penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah
Kedisiplinan belajar Siswa.
·
Metode
penelitian
Metode yang
digunakan adalahinferensial.
·
Hasil
penelitian
Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa
1)
tata
tertib di SDN Sukakarya II Samarang Garut ermasuk kualifikasi tinggi, hal ini
ditunjukan oleh nilai rata-rata 38,62.
2)
kedisiplinan
belajar siswa di SDN Sukakarya II Samarang Garut termasuk kualifikasi baik,hal
ini ditunjukan oleh nilai rata-rata 39,43.
3)
pengaruh
pelaksanaan tata tertib sekolah terhadap kedisiplinan siswa di SDN Sukakarya II
Sanarang Garut ditunjukan oleh a) koefisien korelasi termasuk pada kualifikasi
yang sangat kuat. b) hipotesisnya diterima berdasarkan t hitung sbesar 2,061
sedang t table sebesat 2,019 artinya jika baik tata tertib yang ada di sekolah
maka akan baik pula kedisiplinan belajar siswa c) pengaruh tata tertib sekolah
memiliki pengaruh sebesar 39% terhadap kedisiplinan belajar siswa dan sisanya
61% faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa.
d.
Jurnal
Keempat
·
Tujuan
penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk :
1)
Mengidentifikasi
nilai-nilai yang dikembangkan yang diintregasikan ke dala, pembelajaran
2)
Mengetahui
strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam mengintregasikan
nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran, termasuk strategi evaluasinya.
3)
Mengidentifikasi
kendala-kendala yang dialami oleh guru SMK jurusan Bangunan dalam
mengintregasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran.
·
Metode
penelitian
Metode yang
dilakukan yaitu melakukan survey kepada delapan SMK Negeri Jurusan Bangunan di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
·
Hasil
penelitian
Hasil
penelitian menunjukkan :
1)
Nilai-nilai
karakter yang dikembangkan melalui intregasi ke dalam kegiatan pembelajaran,
baik peada mata diklat kemampuan normatif, teori kejuruan, maupun praktek
kejuruan adalah sangat variatif dan sebagian beum direncanakan secara tertulis
di dalam dokumen silabus dan RPP mata diklat yang bersangkutan.
2)
Stretegi
pembelajaran yang diterapkan pada umumnya merupakan strategi pembelajaran yang
konvensional dan tidak direncanakan secara tertulis di dalam silabus dan RPP
serta tidak dijabarkan di dalam skenario pembelajaran.
3)
Evaluasi
pendidikan karakter merupakan aspek yang terlemah dari implementasi pendidikan
karakter secara terintregasi ke dalam kegiatan pembelajaran karena belum
dilakukan secara tepat sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diintreagasikan.
4)
Kendala-kendala
yang dialami oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter secara
terintregasi, terutama berkaitan dengan rendahnya kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran nilai-nilai
karakter yang akan dikembangkan.
G. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan yaitu:
Nilai – Nilai budaya sekolah merupakan nilai –
nilai yang disepakati dan tertanam dalam warga sekolah yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol – simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainya sebagai acuan perilaku dan
tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi yang akan membentuk
suatu budaya sekolah.
Nilai - nilai islam merupakan sesuatu yang
abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan
bertingkah laku yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis.
Nilai Islam yang dapat atau bahkan harus
diterapkan dalam budaya sekolah ada 3 yaitu nilai keimanan, nilai ibadah, dan
nilai akhlak. Karena dengan menerapkan atau menanamkan ketiga nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari disekolah maka budaya sekolah yang baik akan terbentuk
dalam sekolah tersebut. Seperti
yang kita tahu budaya sekolah merupakan faktor yang penting dalam menentukan
sukses atau gagalnya sebuah sekolah. Selain itu dengan budaya sekolah yang
menerapkan nilai-nilai Islam maka akan diperoleh keuntungan yang berganda yaitu
untuk pihak sekolah itu sendiri dan juga untuk seluruh warga sekolah bahkan
orang tua atau wali murid.
1. Secara konteks
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pada peserta didik dapat berhasil dengan adanya iklim dan sistem yang
mendukung seperti kebijakan kepala sekolah.
2. Aspek input
dalam konteks pengembangan yakni sumber daya sekolah yang berkualitas meliputi
kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik, dan sarana
prasarana sekolah sangat mendukung upaya penanaman dan pengembangan nilai-nilai
karakter bangsa di sekolah-sekolah.
3. Proses
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dilaksanakan melalui pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan
budaya sekolah.
4. Produk dari
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa pada Pendidikan Agama Islam adalah
peserta didik memiliki sikap dan perilaku yang baik atau berkarakter.
Berikut
beberapa setrategi implementasi nilai-nilai islam sebagai budaya sekolah:
1. Sosialisasi, Sosialisasi dilakukan kepada
seluruh anggota baru di sekolah/madrasah, baik dengansosialisasi kepada guru
baru, karyawan baru dan terlebih kepada para siswa baru.
2.
Pendidikan. Dalam setiap
mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa disisipi atau diselingi
nilai-nilai islam yang dengannya secara tidak langsung akan membudayakan
nilai-nilai islam sebagai budaya sekolah.
3.
Pemberdayaan. Memberdayakan semua pengampu kepentingan atau
stakeholder baik itu orangtua, guru dan sekolah, agar dapat berperan aktif
dalam penerapan nilai-nilai islam di sekolah agar menjadi sebuah budaya sekolah
yang kuat.
4.
Pembudayaan. Prilaku dan nilai-nilai islam dibina dan
dibudayakan agar nilai-nilai menjadi
sebuah budaya yang kuat sehingga tidak hanya disekolah saja kita dapati hal
tersebut, bahkan diluar sekolah seperti dirumah dan dimasyarakat pun akan kita
dapati nilai-nilai islam tersebut senantiasa ada pada guru-guru, karyawan dan siswa-siswa
sekolah. Hal ini sangatlah mungkin terjadi apabila nilai-nilai islam tersebut
telah menjadi sebuah budaya yang kuat baik sekolah atau madrasah.
5.
Kerjasama. Membangun kerjasama sinergis antara semua pemangku
kepentingan
6.
Melibatkan peserta didik secara aktif dan menyenangkan dalam
penerapan nilai-nilai islam sebagai budaya di sekolah.
H. Daftar Pustaka
Muhaimin, Suti’ah, Sugeng LP, 2009. Manajemen
Pendidikan Aplikasinya dalam Penyususnan Rencana Pengembangan Sekolah /
Madrasah. Jakarta : Kencana.
Direktorat
Pendidikan menengah Umum, Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pengembangan
Kultur Sekolah. Jakarta: Dit
Dikmenum.
Kisyani – Laksono, Pengembangan Budaya Sekolah untuk
Meretas Pendidikan Karakter. Diterbitkan oleh UPBJJ-UT Surabaya.
Arifin. Implementasi Nilai – Nilai Budaya Sekolah dalam
Mewujudkan Sekolah Berkualitas. FIP Universitas Negeri Gorontalo.
Kuntowijoyo.
1999. Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan,
Fuad
Amsari. 1995. lslam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia,Jakarta:
Gema Insani Press.
Irfani. Volume 11. 2015. Membangun Budaya Islami di Sekolah. Di terbitkan
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo.
0 komentar:
Posting Komentar