Sabtu, 12 Maret 2016

Makalah Tafsir Qur'an-Hadis tentang Ayat - Ayat Alam Semesta

Saya akan memblagikan hasil tugas saya dalam mata kuliah tafsir Qur'an Hadis tentang ayat - ayat alam semeta berupa makalah. Semoga dapat bermanfaat.
MAKALAH TAFSIR QUR’AN-HADIS DAN AYAT PENDIDIKAN
AYAT-AYAT TENTANG ALAM SEMESTA

Dosen Pengampu Drs. H. Marsudi Iman, M.Ag. 



Disusun oleh :

Geza Karisma Melsandy                     (20140720195)
Indah Kusumaningrum                       (20140720196)
Ayu Dwi Putri                                                (20140720197)
PAI E
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
A.    PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah sebuah dokumen untuk umat manusia. Di dalamnya merupakan himpunan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia adalah kitab suci agama Islam yang berisikan tuntunan-tuntunan dan pedoman-pedoman bagi umat manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman, dan fenomenya serta tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.
Alam raya dan segala isinya berikut sistem kerjanya adalah keajaiban – keajaiban yang kesemuanya dinamani oleh Al-Qur’an sebagai ayat atau tanda-tanda bagi keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
Setiap muslim percaya sepenuhnya bahwa tata kerja alam raya berjalan konsisten sesuai dengan hukum-hukum yang diterapkan oleh Allah dan semua proses penciptaannya alam semesta ini sepenuhnya benda dalam kendali dan perintah Maha Penciptanya, yang telah memberikan bentuk yang sempurna. Hukum dan fenomenya teratur dan dapat meliputi ruang yang maha luas sampai pada unsur yang terkecil dalam alam semesta, tunduk kepada satu pla dan susunan yang sama. Sungguh hanya Allah yang menciptakan alam semesta ini dengan berjuta galaksi bintang dan planet yang tunduk pada aturan yang diterapkan untuk mereka secara sempurna.
Penciptaan alam semesta termasuk salah satu perkara penting, tidak hanya termasuk pemikiran islam, akan tetapi juga dalam ilmu pengetahuan kosmologi. Dengan memperlihatkan lagit dan bumi dapatlah manusia meyakinkan bahwa alam ini tidak di jadikan Allah dengan main-main, melainkan untuk afedah yang mendalam dari segi keimanan.




B.     PEMBAHASAN
Secara etimologi kata ‘alam berasal dari kata ‘alama yang bermakna mengecap, merasakan, mengerti dan turunan katanya adalah ‘alam yang berarti alam jamaknya al-‘alamin. Sementara semesta bermakna keseluruhan dan semua. Dengan demikian alam semesta semua yang termasuk dalam ciptaan Allah, makhluk hidup ataupun makhluk non hidup. Sedangkan yang dimaksud kata ‘alamin dalam al-Qur’an diartikan oleh para ulama sebagai kumpulan sejenis dari mahkluk Tuhan yang berakal atau yang memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal, seperti tumbuhan bergerak dan merasa. Pengertian ini didasarkan pada kata ‘alamin yang menunjukkan jamak dari alam, bermakna yang berakal.
Sementara para ahli astronomi menyatakan bahwa alam semesta adalah kosmos yakni ruang angkasa serta semua benda langit yang terdapat di dalamnya. Seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa Allah sebagai pencipta segala sesuatu sedang bagaimana Dia menciptakan tidak banyak diterangkan kecuali pokonya saja. Bagaimana Akkah menciptakan tidak banyak diterangkan kecuali pokoknya saja. Bagaimana Allah menciptakan adalah tugas manusia untuk meneliti dengan akalnya. Manusia dengan segenap kemampuandiberi kebebasan melakukan penyelidikan dengan panca indera dan kecerdikan akalnya. Sehubung dengan keharusan manusia mengenal alam dengan baik.
Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menginformasikan tentang penciptaan alam semesta cukup banya dan tersebar dalam berbagai surat, akan tetapi informasi itu hanya bersifat garis-garis beras atau prinsip-prinsip saja karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan umum yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Penjelasan yang ada dalam al-Qur’an mengenai penciptaan alam semesta ini tidak pernah bertentangandengan temuan-temuan ilmu modern.
Berikut ini penulis menukilkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang pencptaan alam semesta, akan tetapi dalam makalah ini tidak akan menampilkan seluruh ayat, melainkan beberapa ayat yang dinilai mewakili ayat-ayat yang lain, yaitu: QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30, QS. Hud ayat 7, QS. Al-Sajdah ayat 4, QS. Fushshilat ayat 9-12 dan QS. Al-Thalaq ayat 12. Ayat-ayat tersebut mencakup masalah tentang cara penciptaan obyek-obyek material, maupun yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal-usulnya.

1.    QS. Al-Anbiya Ayat 30
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَنَّ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ كَا نَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاَ ءِكُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ اَفَلَا يُؤْ مِنُوْنَ (٠٣)
Artinya            : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui  bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” (QS, Al-Anbiyaa’ 21 : 30).
a.       Penafsiran QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30
Kata ( رتقا ) ratqan dari segi bahasa berarti terpadu, sedang kata (ففتقناهما) fataqnahuma terambil dari kata ( فتق ) fataqo yang berarti terbelah/terpisah. Ulama’ berbeda-beda pendapat tentang maksud firman-Nya utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatkannya berada di bawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.
M. Quraish memahami ayat ini sebagai salah satu mukjizat al-Qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang mengemukakan bukti-bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau di istilahkan oleh ayat ini dengan ( رتقا ) ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Sedangkan kata (ففتقناهما) fataqnahuma merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.
b.      Dalam perspektif pendidikan
1.      Sebagai seorang pendidik kita memberi tahu kepada peserta didik bahwa dalam al-Qur’an dijelaskan juga tentang pembentukan alam semesta.
2.      Seorang pendidik mampu menjelaskan atau membandingkan kandungan QS. Al-Anbiyaa ayat 30 dengan teori big bang.
3.      Pendidik mengajak peserta didik untuk mempelajari bumi, langit dan segala isinya.
4.      Pendidik dapat mengajak pendidik agar belajar dengan cara melakukanan penalaran terhadap fenomena alam, yang berorientasi pada keimanan.

2.   QS. Hud Ayat 7
وَهُوَالَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّلةِ اَيَّامٍ وَّ كَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلَوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُو ثُوْنَ مِنْ بَعْدِالْمَوْتِ لَيَقُوْ لَنَّ الَّذِيْنَ كَقَرُوْآ اِنْهَذَآ اِلَّا سِحْرٌمٌّبِيْنَ (٧)
Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Makkah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
a.       Penafsiran QS. Hud ayat 7
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Di dalam ayat ini disebutkan “sittati ayyam” artinya “enam hari”, akan tetapi pengertian hari ini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alama sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah, sebab satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kita seperti firman Allah SWT:
وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَرَبِّكَ كَآلْفِسَنَةٍمِمَّا تَعُدّونَ
Artinya : “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
            Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi itu, berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib, yang tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan tidak mungkn pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemanyam di atas singgasana itu.
            Kata  لِيَبْلَوَكُمliyabluakum/ untuk menguji kamu berkaitan dengan ciptaan langit dan bumi itu, yakni Allah Swt, menciptakan dengan tujuan menguji manusia yang pada akhirnya dapat dibedakan mana yang berkualitas baik dan mana yang buruk.
Kata  اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya mengisyaratkan bahwa manusia harus berpacu dengan sesama manusia, bahkan dengan selainnya, untuk menghasilkan amal-amal yang sebaik-baiknya, bukan hanya sekedar amal yang baik. Dengan demikian, perlombaan itu tidak hanya menghadapi yang buruk amalnya tetapi juga baik, untuk menemukannya siapa yang terbaik.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.   Sebagai seorang pendidik dapat mendidik peserta didik menjadi manusia yang berkualitas baik.
2.   Sebagai seorang pendidik dapat memberitahu siswa tentang ciri-ciri manusia yang baik dan yang buruk.
3.   Pendidik dapat memberikan contoh perbuatan yang baik dan shaleh.
4.   Terciptanya langit dan bumi salah satu bukti atas kebesaran Allah, bahwa sudah sepatutnya kita hanya menyembah kepada-Nya.
5.   Allah telah menunjukan bahwasanya seluruh isi di muka bumi itu terdapat banyak manfaatnya. Dan satu-satunya makhluk yang dapat mengolahnya ialah manusia

3.   QS.Al-Sajdah ayat 4
اَللَّهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّا مٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهِ مِّنْ وَّلِيِّوَّلاَشَفِيْعٍ اَفَلاَ تَتَذَ كَّرُوْنَ (٤)
Artinya: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain-Nya satu penolong pun dan tidak juga pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan .

a.       Penafsiran QS. Al-Sajdah ayat 4
            Kata اَللَّهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّا مٍ ditafsirkan sebagai berikut Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta apa yang di antara keduanya dalam enam masa, menurut pandangan orang-orang yang menyelidiki tentang hal ini. Makna yang dimaksud dari kata-kata “hari” dalam ayat ini, bukanlah menunjukkan kepada hari yang biasa kita kenal, karena sesungguhnya sebelum penciptaan langit belum ada malam dan siang.
            Kata  مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهِ مِّنْ وَّلِيِّوَّلاَشَفِيْعٍ  ditafsirkan sebagai berikut Tiadalah bagi kalian, hai manusia, seorang pun yang mengatur urusan kalian dan menolong kalian dari-Nya, apabila Dia mengkehendaki kemudaratan bagi kalian. Dia tiada seorang pun dapat memberikan syafaat bagi kalian di sisi-Nya, jika Dia menyiksa kalian karena perbuatan durhaka kalian terhadap-Nya.
            Kata  اَفَلاَ تَتَذَ كَّرُوْنَ di tafsirkan Apakah kalian tidak mengambil pelajaran dan memikirkan, hai orang-orang yang menyembah selain-Nya dan orang-orang yang berserah dii kepada selain-Nya?  Maha Tinggi Allah dan Maha Suci dari segala bentuk tandingan dan sekut, tiada tuhan selain dia dan tiada Tuhan selain Dia.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan.
1.   Allah mengajarkan kepada kita bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus melalui proses.
2.   Allah menginginkan kita agar tidak serba instan sehingga apa yang kita lakukan bernilai baik.
3.   Ilmu itu adalah sesuatu yang diperoleh melalui perjuangan yang bertahap.




4.      QS. Fushilat ayat 9 – 12
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِى خَلَقَ الْأَرْضَ فِى يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ, أَندَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَلَمِينَ (٩) وَجَعَلَ فِيهَا رَوَ سِىَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَرَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَتَهَا فِى أَرْ بَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّا ئِلِينَ (٠١) ثُمّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُ خَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِ لْأَرْضِ ئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَا لَتَآ أَتَيْنَا طَآ ئِعِينَ (١١) فَقَضَهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فَى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّ نْيَا بِمَصَبِيحَ وَحِفْظًا ذَ لِكَ تَقْدِيرُالعَزِيزِالْعَلِيمِ (٢١)
Artinya :
9.  “Katakanah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.”
10. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung – gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan – makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang – orang yang bertanya.
11.  kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
12.  Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap – tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang – bintang yang cermelang dan Kami memeliharanya dengan sebaik – baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
a.       Penafsiran QS. Fushshilat ayat 9-12
            Informasi yanf dapat diraih dari QS. Fushshilat ayat 9-12 di atas ialah bersifat rincian tentang enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta, yakni dua tahapan atau periode penciptaan materi (al-ardh) dan empat tahapan atau periode penciptaan gaya-gayanya. Sedangkan penciptaan ruang alam (al-sam’) termasuk dalam dua dari enam tahapan atau periode tersebut. Berarti informasi yang dicurahkan dari QS. Al-Fushshilat ayat 9-12 ini memperkuat dan mempertegas informasi yang tertuang dalam QS. Hud ayat 7 dan QS. Al-Sajdah ayat 4.
            Allah menciptaka langit itu serta memperindahnya Dia juga yang menjadikan disana yakni di bumi itu gunung-gunung yang kukuh di atasnya agar bumi yang terus beredar iu tidak oleng. Dan dia juga yang memberkahinya yakni melimpahkan aneka keajaiban sehingga ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi keajaiban sehingga ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi hunian yang nyaman buat manusia dan hewan dan disamping itu Dia juga menentukan kepadanya kadar makanan-makanan para penghuninya. Semua itu terlaksana dalam empat hari yang terbagi secara adil yakni dua hari untuk penciptaan bumi dan dua hari sisinya buat pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya. Penjelasan yang dkemukakan ini adalah jawaban bagi orang-orang yang bertanya tentang penciptaan alam raya, atau pemberkahan dan penetapan kadar-kadar itu dilakukan-Nya sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan siapapun yang butuh dan memenita baik dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa hati dan keadaannya.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.      Hendaklah seorang guru mengajarkan ilmu-ilmu tentang pembentukan alam mesti dimaknai pula sebagai upaya menanamkan dan membangun keimanan dalam jiwa peserta didik.
2.      Guru mengajarkan kepada peserta didik bahwa alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk dari hasil pemikiran Tuhan.
3.      Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa di dalam alqur’an dijelaskan tahap-tahap penciptaan alam yang secara umum dan sesuai dengan teori modern jaman sekarang.
4.      Penciptaan bumi dalam waktu yang singkat, supaya  manusia dapat menggunakan akal pikiran yang waras bahwa begitu besarnya Kekuasaan Allah Ta’ala terhadap  bumi ini.
5.      Allah swt tidak hanya menyediakan tempat untuk berlangsungnya hidup namun juga telah disediakan makanan untuk segala makhluk hidup yang bernyawa untuk mempertahankan hidup.

5.      QS. Ath-Thalaq Ayat 12
اللَّهُ الَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَلزَّلُ الْأَرْمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَغْلَمُوآ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلَ شَىْءٍ عِلْمَا (١٢)
Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
a.       Penafsiran QS. Ath-Thalaq ayat 12
Informasi sentral yang diperoleh dari surah al-Thalaq ayat 12 di atas adalah jenis materi (al-ardh) sama dengan jumlah jenis ruang alam (a-sama’) yakni tujuh. Informasi lain yang disajikan, yakni tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ke tujuh ruang alam (al-sama’) dan ke tujuh materi (al-ardh), ini memperkuat informasi yang terdapat dalam surat al-Fushilat ayat 11, akan tetapi penegasan dalam surat al-Thalaq ini dikaitkan dengan kemahakuasaan Allah dan keluwesan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu. Pengaitan ini dapat diartikan bahwa tiada sesuatupun yang terlepas dan penyimpangan dari peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan Allah SWT.
وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ dipahami dalam arti bilangan bumi seperti bilangan tujuh langit. Yakni sebagaimana Allah yang menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu juga Dia yang menciptakan bumi ini. Penciptaan bumi walau hanya satu, tetapi kehebatan ciptaan itu tidaklah kurang mengagumkan dibandingkan penciptaan yang tujuh itu bisa juga persamaan dan kesepertian itu, dari sisi bentuknya yang lonjong dan bulat, atau dalam peredaran, yakni bumi pun beredar sebagaimana langit atau planetplanet yang lain beredar. Yang memahami persamaan pada bilangan, ada yang menyatakan bahwa maksudnya adalah lapisan bumi, atau benua-benua yang tadinya ada jauh sebelum dikenal alat-alat transportasi laut, dan sebelum berpisahnya benua Asia dan Eropa serta benua tenggelamnya beberapa benua. Ke tujuh benua dimaksud adalah 1) Asia bersama Eropa, 2) Afrika, 3) Australia, 4) Amerika Utara, 5) Amerika Selatan, 6) Kutub Utara dan 7) Kutub Selatan.
Sedangkan kata الْأَرْمْرُ yakni, ia adalah perwujudan. Sedang turunnya perintah itu dalam arti proses yang dilaluinya langit demi langit sampai akhirnya tiba di pentas bumi sehingga wujud dalam kenyataan yang diperintahkan itu berupa dampak sesuatu, atau rezeki, atau kematian atau kehidupan atau kehinaan dan lainnya.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.         Guru menjelaskan tentang ke Maha Kuasaan Allah kepada peserta didik lewat penciptaan alam semesta.
2.         Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa Allah itu ada lewat penciptaan Alam semesta yang sangat luas dan sempurna.
3.         Hendaklah manusia menggunakan akal pikirannya untuk memahami apa yang telah tercipta untuknya di muka bumi ini dan mengamati apa yang dapat terlihat dengan panca indra. Kita dapat mempelajarinya dengan memahami pelajaran proses membentukan muka bumi.
4.         Kita dianjurkan harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, tidak luput dari satu makhluk pun yang tidak mendapatkan nikmat dari-Nya.




6.      QS. Al-Anbiyaa’ ayat 16
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَعِبِينَ (١٦)
Artinya : “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
a.       Penafsiran QS. Al-Anbiyaa’ ayat 16
Kami tidak menciptakan atap yang ditinggikan dan hanparan yang dibentangkan ini dengan seluruh makhluk yang ada di antara keduanya, untuk menjadi senda-girai dan permainan. Tetapi, Kami menciptakan keduanya untuk berbagai faedah keagamaan dan hikmah Rabbaniyyah. Umpamanya, untukmenjadi petunjuk guna mengetahui Penciptanya dan jalan untuk mengambil pelajaran, disamping manfaat lain yang tiada terhitung.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.      Seorang pendidik hendaknya mampu menjelaskan hikmah Rabbaniyyah di balik penciptaan bumi pada peserta didiknya secara jelas dan detail.
2.      Manusia harus menggunakan akal fikirannya bahwa penciptaan bumi ini, bukanlah main-main melainkan sebagai petunjuk untuk mengetahui Penciptanya.
3.      Seorang pendidik harus mengajak para muridnya untuk menggali terus menerus apa saja manfaat dari penciptaan bumi untuk manusia.

7.      QS. Al-Baqarah ayat 29
هُوَالَّذِى خَلَقَ لَكًمْ مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ فَسَوَّ لَهُنَّ سَبْعَ سَمَوَ تٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ (٢٩)
Artinya : Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.


a.       Penafsiran QS. Al-Baqarah ayat 29
Setelah Allah SWT menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi. Untuk itu Allah SWT, berfirman, “Dialah Allah, yang menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit
Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan berbagai fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusa. Karena manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan segala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia . oleh karena itu, dalam ayat ini dikatakan, Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian.
Pada QS. Al-Jaatsiyah ayat 13, dikatakan “Dia menciptakan bagi kalian segala yang ada di langit dan di bumi.”
Jadi bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala  isinya, Allah ciptakan untuk kepentingan manusia. Satu lagi diantara tanda-tanda tauhid atau keesaan Allah ialah sistem yang amat rumit namun sangat teliti. Sistem ini mengatu langit dan segala isinya, dimana para ilmuan di zaman teknologi modern dan serba canggih ini mengakui kelemahan mereka menghadapi kehebatan alam raya ini. Bola bumi yang merupakan sumber kehidupan dan macam-macam nikmat bagi kita, tak lebih hanyalah sebuah benda langit yang sangat kecil dibanding benda-benda langit yang lain.

b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.      Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu, hendaklah  kita menempatkan diri kita hanya untuk Allah semata.
2.      Manusia lebih muia dibanding seluruh yang ada di bumi dan langit, bahkan ia merupakan tujuan penciptaan semua itu.
3.      Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia, karena ia diciptakan untuk sesuatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia itu sendiri masih belum mengetahui letak kepentingan tersebut.
4.      Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia diciptakan untuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan.
5.      Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal bag manusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal maupun syariat yang mengaharamkan.

8.      QS. Al-A’raf ayat 56
وَلاَتُفْسِدُوْا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَحِهَا وَادْعُو هُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
Artinya : Dan jangan;ah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada  orang-orang yang berbuat baik.
a.       Penafsiran QS. Al-A’raf ayat 56
Dalam ayat ini Allah SWT melarang manusia untuk membuat kerusakan di permukaan bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang. Bumi diciptakan Allah dengan sangat baik. Mempunyai gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai lautan, daratandan lain yang semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkankan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan.
Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka diakhir ayat ini diulang lagi tentang bab berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut, hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan.
b.      Dalam Perspektif Pendidikan
1.      Manusia diberikan kebebasan dalam mengatur dan mengolah segala urusan di bumi, namun harus diperhatikan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaganya dari segala hal kerusakan.
2.      Manusia telah ditunjuk oleh Allah untuk mengolah dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan apa yang telah tercipta baik itu yang ada dilangit ataupun yang ada dibumi.
3.      Sebagai seorang pendidik harus mampu mengajak atau memotivasi anak didiknya untuk selalu berdoa dengan perasaan takut dan penuh harapan atas beban tugas untuk menjaga bumi dan langit dari tangan-tangan yang merusak.

C.     PENUTUP
Dalam penulisan ini dapat disimpulkan bahwa menurut al-Qur’an:
Banyak teori ilmiah yang mengemukakan bukti-bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau di istilahkan oleh ayat ini dengan ( رتقا) ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi.
 Alam semesta itu diciptakan dalam enam hari (masa), tetapi hari di sini  tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alama sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah, sebab satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kita. .
Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta apa yang di antara keduanya dalam enam masa, menurut pandangan orang-orang yang menyelidiki tentang hal ini. Tidak ada seorang pun yang mengatur urusan kalian dan menolong kalian dari-Nya. Hanya Allah yang memberi pertolongan dan syafaat.
Dalam QS. Fushshilat ayat 9-12 berisi rincian tentang enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta, yakni dua tahapan atau periode penciptaan materi (al-ardh) dan empat tahapan atau periode penciptaan gaya-gayanya. Sedangkan penciptaan ruang alam (al-sam’) termasuk dalam dua dari enam tahapan atau periode tersebut.
Dalam QS. Al-Thalaq ayat 12 berisi informasi materi (al-ardh) sama dengan jumlah jenis ruang alam (a-sama’) yakni tujuh. Informasi lain yang disajikan, yakni tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ke tujuh ruang alam (al-sama’) dan ke tujuh materi (al-ardh), akan tetapi penegasan dalam surat al-Thalaq ini dikaitkan dengan kemahakuasaan Allah dan keluwesan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Dalam QS Al-Anbiyaa’ ayat 16 menjelaskan bahwa Allahi tidak menciptakan langit dan bumi beserta isinya bukan sia-sia. Akan tetapi, Allah menciptakan keduanya untuk berbagai faedah keagamaan dan hikmah Rabbaniyyah. Umpamanya, untuk menjadi petunjuk guna mengetahui Penciptanya dan jalan untuk mengambil pelajaran, disamping manfaat lain yang tiada terhitung.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 29 menjelaskan bahwa Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan berbagai fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusai. Karena manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan segala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia .
Dalam QS Al-A’raf ayat 56 menjelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk berbuat kerusakan.  Dalam artian alam semesta diciptakan Allah bukan untuk dirusak manusia melainkan dijaga keseimbangannya. Setelah Allah melarang manusia untuk berbuat kerusakan Allah menyuruh manusia untuk berdoa dengan sepenuh hati dan penuh harapan.

D.    DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K. Anshori Umar Sitanggal, Semarang : Toha Putra,1992.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an, Vol.
I2, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K. Anshori Umar Sitanggal, Semarang : Toha Putra,1974.
HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juzu’ XVII, Bogor: Pustaka Panjimas,
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K. Anshori Umar Sitanggal, juz XXV, Semarang : Toha Putra,1993.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 1990.
El-Fandy, Muhammad Jamaluddin, Al-Qur’an tentang Alam Semesta, Terj. Abdul Bar Salim, Jakarta: 2004.
Yahya, Harun, Al Qur’an dan Sains, Terj. Tim Penerjemah Hikmah Teladan, Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2007.







0 komentar:

Posting Komentar