Saya akan memblagikan hasil tugas saya dalam mata kuliah tafsir Qur'an Hadis tentang ayat - ayat alam semeta berupa makalah. Semoga dapat bermanfaat.
MAKALAH TAFSIR QUR’AN-HADIS DAN AYAT
PENDIDIKAN
AYAT-AYAT
TENTANG ALAM SEMESTA
Dosen Pengampu Drs. H. Marsudi Iman, M.Ag.
Disusun oleh :
Geza Karisma Melsandy (20140720195)
Indah Kusumaningrum (20140720196)
Ayu Dwi Putri (20140720197)
PAI E
Fakultas
Agama Islam
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta
A.
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah sebuah dokumen untuk umat manusia. Di
dalamnya merupakan himpunan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Ia adalah kitab suci agama Islam yang berisikan tuntunan-tuntunan dan
pedoman-pedoman bagi umat manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh
kebahagian di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an
menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman, dan
fenomenya serta tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong
hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada
disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.
Alam raya dan segala isinya berikut sistem kerjanya
adalah keajaiban – keajaiban yang kesemuanya dinamani oleh Al-Qur’an sebagai
ayat atau tanda-tanda bagi keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
Setiap muslim percaya sepenuhnya bahwa tata kerja alam
raya berjalan konsisten sesuai dengan hukum-hukum yang diterapkan oleh Allah
dan semua proses penciptaannya alam semesta ini sepenuhnya benda dalam kendali
dan perintah Maha Penciptanya, yang telah memberikan bentuk yang sempurna.
Hukum dan fenomenya teratur dan dapat meliputi ruang yang maha luas sampai pada
unsur yang terkecil dalam alam semesta, tunduk kepada satu pla dan susunan yang
sama. Sungguh hanya Allah yang menciptakan alam semesta ini dengan berjuta galaksi
bintang dan planet yang tunduk pada aturan yang diterapkan untuk mereka secara
sempurna.
Penciptaan alam semesta termasuk salah satu perkara
penting, tidak hanya termasuk pemikiran islam, akan tetapi juga dalam ilmu
pengetahuan kosmologi. Dengan memperlihatkan lagit dan bumi dapatlah manusia
meyakinkan bahwa alam ini tidak di jadikan Allah dengan main-main, melainkan
untuk afedah yang mendalam dari segi keimanan.
B. PEMBAHASAN
Secara etimologi kata ‘alam berasal
dari kata ‘alama yang bermakna mengecap, merasakan, mengerti dan turunan
katanya adalah ‘alam yang berarti alam jamaknya al-‘alamin.
Sementara semesta bermakna keseluruhan dan semua. Dengan demikian alam semesta
semua yang termasuk dalam ciptaan Allah, makhluk hidup ataupun makhluk non
hidup. Sedangkan yang dimaksud kata ‘alamin dalam al-Qur’an diartikan oleh para
ulama sebagai kumpulan sejenis dari mahkluk Tuhan yang berakal atau yang
memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal, seperti tumbuhan
bergerak dan merasa. Pengertian ini didasarkan pada kata ‘alamin yang
menunjukkan jamak dari alam, bermakna yang berakal.
Sementara para ahli astronomi menyatakan bahwa
alam semesta adalah kosmos yakni ruang angkasa serta semua benda langit yang
terdapat di dalamnya. Seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa Allah
sebagai pencipta segala sesuatu sedang bagaimana Dia menciptakan tidak banyak
diterangkan kecuali pokonya saja. Bagaimana Akkah menciptakan tidak banyak
diterangkan kecuali pokoknya saja. Bagaimana Allah menciptakan adalah tugas
manusia untuk meneliti dengan akalnya. Manusia dengan segenap kemampuandiberi
kebebasan melakukan penyelidikan dengan panca indera dan kecerdikan akalnya.
Sehubung dengan keharusan manusia mengenal alam dengan baik.
Dalam al-Qur’an ayat-ayat yang
menginformasikan tentang penciptaan alam semesta cukup banya dan tersebar dalam
berbagai surat, akan tetapi informasi itu hanya bersifat garis-garis beras atau
prinsip-prinsip saja karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu
pengetahuan umum yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Penjelasan
yang ada dalam al-Qur’an mengenai penciptaan alam semesta ini tidak pernah
bertentangandengan temuan-temuan ilmu modern.
Berikut ini penulis menukilkan ayat-ayat yang menjelaskan
tentang pencptaan alam semesta, akan tetapi dalam makalah ini tidak akan
menampilkan seluruh ayat, melainkan beberapa ayat yang dinilai mewakili
ayat-ayat yang lain, yaitu: QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30, QS. Hud ayat 7, QS.
Al-Sajdah ayat 4, QS. Fushshilat ayat 9-12 dan QS. Al-Thalaq ayat 12. Ayat-ayat
tersebut mencakup masalah tentang cara penciptaan obyek-obyek material, maupun
yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal-usulnya.
1. QS. Al-Anbiya Ayat
30
اَوَلَمْ
يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَنَّ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ كَا نَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنَهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاَ ءِكُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ اَفَلَا يُؤْ
مِنُوْنَ (٠٣)
Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tidak juga beriman?” (QS, Al-Anbiyaa’ 21 : 30).
a.
Penafsiran QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30
Kata ( رتقا
) ratqan dari segi bahasa
berarti terpadu, sedang kata (ففتقناهما) fataqnahuma terambil dari kata ( فتق ) fataqo yang berarti terbelah/terpisah. Ulama’ berbeda-beda pendapat tentang
maksud firman-Nya utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat
langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatkannya berada di bawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.
M. Quraish memahami ayat ini sebagai salah satu mukjizat
al-Qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori
ilmiah yang mengemukakan bukti-bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa langit
dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau di istilahkan oleh ayat ini
dengan ( رتقا ) ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga
terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Sedangkan kata (ففتقناهما)
fataqnahuma merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom
pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda
alam raya ke seluruh penjuru yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda
langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.
b. Dalam perspektif
pendidikan
1. Sebagai seorang
pendidik kita memberi tahu kepada peserta didik bahwa dalam al-Qur’an
dijelaskan juga tentang pembentukan alam semesta.
2. Seorang pendidik
mampu menjelaskan atau membandingkan kandungan QS. Al-Anbiyaa ayat 30 dengan
teori big bang.
3. Pendidik mengajak
peserta didik untuk mempelajari bumi, langit dan segala isinya.
4. Pendidik dapat
mengajak pendidik agar belajar dengan cara melakukanan penalaran terhadap
fenomena alam, yang berorientasi pada keimanan.
2.
QS. Hud Ayat
7
وَهُوَالَّذِيْ خَلَقَ
السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّلةِ اَيَّامٍ وَّ كَانَ عَرْشُهُ عَلَى
الْمَآءِ لِيَبْلَوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ
مَّبْعُو ثُوْنَ مِنْ بَعْدِالْمَوْتِ لَيَقُوْ لَنَّ الَّذِيْنَ كَقَرُوْآ
اِنْهَذَآ اِلَّا سِحْرٌمٌّبِيْنَ (٧)
Artinya:
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Makkah): "Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu
akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
a.
Penafsiran QS. Hud ayat 7
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa. Di dalam ayat ini disebutkan “sittati ayyam” artinya “enam
hari”, akan tetapi pengertian hari ini tidak dapat disamakan dengan hari
seperti yang kita alama sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut
perhitungan Allah, sebab satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama dengan
seribu tahun menurut perhitungan kita seperti firman Allah SWT:
وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَرَبِّكَ كَآلْفِسَنَةٍمِمَّا
تَعُدّونَ
Artinya
: “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu.”
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa
singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi itu, berada di atas air.
Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib, yang tidak dapat dicapai
dengan pancaindera, dan tidak mungkn pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk
dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemanyam di atas singgasana itu.
Kata لِيَبْلَوَكُمliyabluakum/
untuk menguji kamu berkaitan
dengan ciptaan langit dan bumi itu, yakni Allah Swt, menciptakan dengan tujuan
menguji manusia yang pada akhirnya dapat dibedakan mana yang berkualitas baik
dan mana yang buruk.
Kata اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya
mengisyaratkan bahwa manusia harus berpacu dengan sesama manusia, bahkan dengan
selainnya, untuk menghasilkan amal-amal yang sebaik-baiknya, bukan hanya
sekedar amal yang baik. Dengan demikian, perlombaan itu tidak hanya menghadapi
yang buruk amalnya tetapi juga baik, untuk menemukannya siapa yang terbaik.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Sebagai seorang pendidik dapat mendidik peserta didik
menjadi manusia yang berkualitas baik.
2.
Sebagai seorang pendidik dapat memberitahu siswa tentang
ciri-ciri manusia yang baik dan yang buruk.
3.
Pendidik dapat memberikan contoh perbuatan yang baik dan
shaleh.
4. Terciptanya langit dan bumi salah satu bukti atas kebesaran Allah, bahwa
sudah sepatutnya kita hanya menyembah kepada-Nya.
5. Allah telah menunjukan bahwasanya seluruh isi di muka bumi itu terdapat
banyak manfaatnya. Dan satu-satunya makhluk yang dapat mengolahnya ialah
manusia
3.
QS.Al-Sajdah
ayat 4
اَللَّهُ
الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّا
مٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهِ مِّنْ
وَّلِيِّوَّلاَشَفِيْعٍ اَفَلاَ تَتَذَ كَّرُوْنَ (٤)
Artinya: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas
‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain-Nya satu penolong pun dan tidak juga pemberi
syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan .
a. Penafsiran QS.
Al-Sajdah ayat 4
Kata اَللَّهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّا مٍ ditafsirkan sebagai berikut Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta
apa yang di antara keduanya dalam enam masa, menurut pandangan orang-orang yang
menyelidiki tentang hal ini. Makna yang dimaksud dari kata-kata “hari” dalam
ayat ini, bukanlah menunjukkan kepada hari yang biasa kita kenal, karena
sesungguhnya sebelum penciptaan langit belum ada malam dan siang.
Kata مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهِ مِّنْ وَّلِيِّوَّلاَشَفِيْعٍ ditafsirkan sebagai berikut Tiadalah bagi kalian, hai manusia, seorang pun yang
mengatur urusan kalian dan menolong kalian dari-Nya, apabila Dia mengkehendaki
kemudaratan bagi kalian. Dia tiada seorang pun dapat memberikan syafaat bagi
kalian di sisi-Nya, jika Dia menyiksa kalian karena perbuatan durhaka kalian
terhadap-Nya.
Kata اَفَلاَ تَتَذَ كَّرُوْنَ
di tafsirkan Apakah kalian tidak mengambil pelajaran dan memikirkan, hai
orang-orang yang menyembah selain-Nya dan orang-orang yang berserah dii kepada
selain-Nya? Maha Tinggi Allah dan Maha
Suci dari segala bentuk tandingan dan sekut, tiada tuhan selain dia dan tiada
Tuhan selain Dia.
b. Dalam Perspektif
Pendidikan.
1. Allah mengajarkan
kepada kita bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus melalui proses.
2. Allah menginginkan
kita agar tidak serba instan sehingga apa yang kita lakukan bernilai baik.
3. Ilmu itu adalah
sesuatu yang diperoleh melalui perjuangan yang bertahap.
4.
QS. Fushilat ayat 9 – 12
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِى خَلَقَ الْأَرْضَ
فِى يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ, أَندَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَلَمِينَ (٩) وَجَعَلَ فِيهَا رَوَ سِىَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَرَكَ
فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَتَهَا فِى أَرْ بَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّا
ئِلِينَ (٠١) ثُمّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُ
خَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِ لْأَرْضِ ئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَا لَتَآ
أَتَيْنَا طَآ ئِعِينَ (١١) فَقَضَهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ
وَأَوْحَى فَى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّ نْيَا
بِمَصَبِيحَ وَحِفْظًا ذَ لِكَ تَقْدِيرُالعَزِيزِالْعَلِيمِ (٢١)
Artinya :
9.
“Katakanah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam.”
10. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung –
gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya
kadar makanan – makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang – orang yang bertanya.
11.
kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
12.
Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap – tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang –
bintang yang cermelang dan Kami memeliharanya dengan sebaik – baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
a.
Penafsiran QS. Fushshilat ayat 9-12
Informasi
yanf dapat diraih dari QS. Fushshilat ayat 9-12 di atas ialah bersifat rincian
tentang enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta, yakni dua tahapan
atau periode penciptaan materi (al-ardh) dan empat tahapan atau periode
penciptaan gaya-gayanya. Sedangkan penciptaan ruang alam (al-sam’) termasuk
dalam dua dari enam tahapan atau periode tersebut. Berarti informasi yang
dicurahkan dari QS. Al-Fushshilat ayat 9-12 ini memperkuat dan mempertegas
informasi yang tertuang dalam QS. Hud ayat 7 dan QS. Al-Sajdah ayat 4.
Allah
menciptaka langit itu serta memperindahnya Dia juga yang menjadikan disana
yakni di bumi itu gunung-gunung yang kukuh di atasnya agar bumi yang terus
beredar iu tidak oleng. Dan dia juga yang memberkahinya yakni melimpahkan aneka
keajaiban sehingga ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi
keajaiban sehingga ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi hunian
yang nyaman buat manusia dan hewan dan disamping itu Dia juga menentukan
kepadanya kadar makanan-makanan para penghuninya. Semua itu terlaksana dalam
empat hari yang terbagi secara adil yakni dua hari untuk penciptaan bumi dan
dua hari sisinya buat pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya.
Penjelasan yang dkemukakan ini adalah jawaban bagi orang-orang yang bertanya
tentang penciptaan alam raya, atau pemberkahan dan penetapan kadar-kadar itu
dilakukan-Nya sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan siapapun yang butuh
dan memenita baik dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa hati dan keadaannya.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Hendaklah seorang guru mengajarkan ilmu-ilmu
tentang pembentukan alam mesti dimaknai pula sebagai upaya menanamkan dan
membangun keimanan dalam jiwa peserta didik.
2.
Guru mengajarkan kepada peserta didik bahwa
alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk dari
hasil pemikiran Tuhan.
3.
Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa di
dalam alqur’an dijelaskan tahap-tahap penciptaan alam yang secara umum dan
sesuai dengan teori modern jaman sekarang.
4.
Penciptaan bumi dalam waktu yang singkat,
supaya manusia dapat menggunakan akal
pikiran yang waras bahwa begitu besarnya Kekuasaan Allah Ta’ala terhadap bumi ini.
5.
Allah swt tidak hanya menyediakan tempat untuk
berlangsungnya hidup namun juga telah disediakan makanan untuk segala makhluk
hidup yang bernyawa untuk mempertahankan hidup.
5.
QS.
Ath-Thalaq Ayat 12
اللَّهُ الَّذِى خَلَقَ
سَبْعَ سَمَوَتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَلزَّلُ الْأَرْمْرُ
بَيْنَهُنَّ لِتَغْلَمُوآ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ
اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلَ شَىْءٍ عِلْمَا (١٢)
Artinya:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.”
a.
Penafsiran QS. Ath-Thalaq ayat 12
Informasi sentral yang diperoleh dari surah al-Thalaq
ayat 12 di atas adalah jenis materi (al-ardh) sama dengan jumlah jenis
ruang alam (a-sama’) yakni tujuh. Informasi lain yang disajikan, yakni
tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ke tujuh ruang alam (al-sama’)
dan ke tujuh materi (al-ardh), ini memperkuat informasi yang terdapat
dalam surat al-Fushilat ayat 11, akan tetapi penegasan dalam surat al-Thalaq
ini dikaitkan dengan kemahakuasaan Allah dan keluwesan ilmu-Nya yang meliputi
segala sesuatu. Pengaitan ini dapat diartikan bahwa tiada sesuatupun yang
terlepas dan penyimpangan dari peraturan atau undang-undang yang telah
ditetapkan Allah SWT.
وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ dipahami dalam arti bilangan bumi seperti bilangan tujuh langit.
Yakni sebagaimana Allah yang menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu
juga Dia yang menciptakan bumi ini. Penciptaan bumi walau hanya satu, tetapi
kehebatan ciptaan itu tidaklah kurang mengagumkan dibandingkan penciptaan yang
tujuh itu bisa juga persamaan dan kesepertian itu, dari sisi bentuknya yang
lonjong dan bulat, atau dalam peredaran, yakni bumi pun beredar sebagaimana
langit atau planetplanet yang lain beredar. Yang memahami persamaan pada
bilangan, ada yang menyatakan bahwa maksudnya adalah lapisan bumi, atau
benua-benua yang tadinya ada jauh sebelum dikenal alat-alat transportasi laut,
dan sebelum berpisahnya benua Asia dan Eropa serta benua tenggelamnya beberapa
benua. Ke tujuh benua dimaksud adalah 1) Asia bersama Eropa, 2) Afrika, 3)
Australia, 4) Amerika Utara, 5) Amerika Selatan, 6) Kutub Utara dan 7) Kutub
Selatan.
Sedangkan kata الْأَرْمْرُ yakni, ia adalah perwujudan. Sedang turunnya perintah itu
dalam arti proses yang dilaluinya langit demi langit sampai akhirnya tiba di
pentas bumi sehingga wujud dalam kenyataan yang diperintahkan itu berupa dampak
sesuatu, atau rezeki, atau kematian atau kehidupan atau kehinaan dan lainnya.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Guru menjelaskan tentang ke Maha Kuasaan Allah kepada
peserta didik lewat penciptaan alam semesta.
2.
Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa Allah itu ada
lewat penciptaan Alam semesta yang sangat luas dan sempurna.
3.
Hendaklah manusia menggunakan akal pikirannya
untuk memahami apa yang telah tercipta untuknya di muka bumi ini dan mengamati
apa yang dapat terlihat dengan panca indra. Kita dapat mempelajarinya dengan
memahami pelajaran proses membentukan muka bumi.
4.
Kita dianjurkan harus selalu bersyukur atas
segala nikmat yang telah diberikan-Nya, tidak luput dari satu makhluk pun yang
tidak mendapatkan nikmat dari-Nya.
6.
QS. Al-Anbiyaa’ ayat 16
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
لَعِبِينَ (١٦)
Artinya
: “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main.
a.
Penafsiran QS. Al-Anbiyaa’ ayat 16
Kami tidak menciptakan atap yang ditinggikan dan hanparan
yang dibentangkan ini dengan seluruh makhluk yang ada di antara keduanya, untuk
menjadi senda-girai dan permainan. Tetapi, Kami menciptakan keduanya untuk
berbagai faedah keagamaan dan hikmah Rabbaniyyah. Umpamanya, untukmenjadi
petunjuk guna mengetahui Penciptanya dan jalan untuk mengambil pelajaran,
disamping manfaat lain yang tiada terhitung.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Seorang pendidik hendaknya mampu menjelaskan hikmah
Rabbaniyyah di balik penciptaan bumi pada peserta didiknya secara jelas dan
detail.
2.
Manusia harus menggunakan akal fikirannya bahwa
penciptaan bumi ini, bukanlah main-main melainkan sebagai petunjuk untuk
mengetahui Penciptanya.
3.
Seorang pendidik harus mengajak para muridnya untuk
menggali terus menerus apa saja manfaat dari penciptaan bumi untuk manusia.
7.
QS. Al-Baqarah ayat 29
هُوَالَّذِى
خَلَقَ لَكًمْ مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ
فَسَوَّ لَهُنَّ سَبْعَ سَمَوَ تٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ (٢٩)
Artinya
: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.
a.
Penafsiran QS. Al-Baqarah ayat 29
Setelah Allah SWT menyebutkan bukti keberadaan dan
kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada
diri mereka, lalu Dia menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan,
yaitu penciptaan langit dan bumi. Untuk itu Allah SWT, berfirman, “Dialah
Allah, yang menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit
Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan
berbagai fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan
bumi dan langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusa. Karena
manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah
ciptakan. Dan segala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan
langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia . oleh karena itu, dalam ayat
ini dikatakan, Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian.
Pada QS. Al-Jaatsiyah ayat 13, dikatakan “Dia menciptakan
bagi kalian segala yang ada di langit dan di bumi.”
Jadi
bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala
isinya, Allah ciptakan untuk kepentingan manusia. Satu lagi diantara
tanda-tanda tauhid atau keesaan Allah ialah sistem yang amat rumit namun sangat
teliti. Sistem ini mengatu langit dan segala isinya, dimana para ilmuan di
zaman teknologi modern dan serba canggih ini mengakui kelemahan mereka
menghadapi kehebatan alam raya ini. Bola bumi yang merupakan sumber kehidupan
dan macam-macam nikmat bagi kita, tak lebih hanyalah sebuah benda langit yang
sangat kecil dibanding benda-benda langit yang lain.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu,
hendaklah kita menempatkan diri kita
hanya untuk Allah semata.
2.
Manusia lebih muia dibanding seluruh yang ada di bumi dan
langit, bahkan ia merupakan tujuan penciptaan semua itu.
3.
Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia,
karena ia diciptakan untuk sesuatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia
itu sendiri masih belum mengetahui letak kepentingan tersebut.
4.
Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia
diciptakan untuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan.
5.
Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal
bag manusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal maupun syariat yang mengaharamkan.
8.
QS. Al-A’raf ayat 56
وَلاَتُفْسِدُوْا
فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَحِهَا وَادْعُو هُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ
اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
Artinya
: Dan jangan;ah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
a.
Penafsiran QS. Al-A’raf ayat 56
Dalam ayat ini Allah SWT melarang manusia untuk membuat
kerusakan di permukaan bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua
bidang. Bumi diciptakan Allah dengan sangat baik. Mempunyai gunung-gunung,
lembah-lembah, sungai-sungai lautan, daratandan lain yang semuanya itu
dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkankan dengan
sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan.
Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka diakhir
ayat ini diulang lagi tentang bab berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun
ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut,
hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan.
b.
Dalam Perspektif Pendidikan
1.
Manusia diberikan kebebasan dalam mengatur dan mengolah
segala urusan di bumi, namun harus diperhatikan bahwa manusia memiliki tanggung
jawab untuk menjaganya dari segala hal kerusakan.
2.
Manusia telah ditunjuk oleh Allah untuk mengolah dan
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan apa
yang telah tercipta baik itu yang ada dilangit ataupun yang ada dibumi.
3.
Sebagai seorang pendidik harus mampu mengajak atau
memotivasi anak didiknya untuk selalu berdoa dengan perasaan takut dan penuh
harapan atas beban tugas untuk menjaga bumi dan langit dari tangan-tangan yang
merusak.
C.
PENUTUP
Dalam penulisan ini
dapat disimpulkan bahwa menurut al-Qur’an:
Banyak teori ilmiah yang
mengemukakan bukti-bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi
tadinya merupakan satu gumpalan atau di istilahkan oleh ayat ini dengan ( رتقا) ratqan, lalu gumpalan itu
terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi.
Alam semesta itu
diciptakan dalam enam hari (masa), tetapi hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti
yang kita alama sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan
Allah, sebab satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama dengan seribu tahun
menurut perhitungan kita. .
Allah SWT yang
telah menciptakan langit dan bumi serta apa yang di antara keduanya dalam enam
masa, menurut pandangan orang-orang yang menyelidiki tentang hal ini. Tidak ada
seorang pun yang mengatur urusan kalian dan menolong kalian dari-Nya. Hanya
Allah yang memberi pertolongan dan syafaat.
Dalam QS. Fushshilat ayat 9-12 berisi rincian tentang enam tahapan atau
periode penciptaan alam semesta, yakni dua tahapan atau periode penciptaan
materi (al-ardh) dan empat tahapan atau periode penciptaan gaya-gayanya.
Sedangkan penciptaan ruang alam (al-sam’) termasuk dalam dua dari enam tahapan
atau periode tersebut.
Dalam QS. Al-Thalaq ayat 12 berisi
informasi materi (al-ardh) sama dengan jumlah jenis ruang alam (a-sama’)
yakni tujuh. Informasi lain yang disajikan, yakni tentang undang-undang yang
ditetapkan Allah berlaku pada ke tujuh ruang alam (al-sama’) dan ke
tujuh materi (al-ardh), akan tetapi penegasan dalam surat al-Thalaq ini
dikaitkan dengan kemahakuasaan Allah dan keluwesan ilmu-Nya yang meliputi
segala sesuatu.
Dalam QS Al-Anbiyaa’ ayat 16 menjelaskan bahwa Allahi tidak menciptakan langit dan bumi beserta isinya bukan
sia-sia. Akan tetapi, Allah menciptakan keduanya untuk berbagai faedah
keagamaan dan hikmah Rabbaniyyah. Umpamanya, untuk menjadi petunjuk guna
mengetahui Penciptanya dan jalan untuk mengambil pelajaran, disamping manfaat
lain yang tiada terhitung.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 29 menjelaskan bahwa Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan berbagai
fasilitas kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan
langit beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusai. Karena manusia adalah
makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan segala
sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit, semua
diciptakan demi kepentingan manusia .
Dalam QS Al-A’raf ayat 56 menjelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk
berbuat kerusakan. Dalam artian alam
semesta diciptakan Allah bukan untuk dirusak manusia melainkan dijaga
keseimbangannya. Setelah Allah melarang manusia untuk berbuat kerusakan Allah
menyuruh manusia untuk berdoa dengan sepenuh hati dan penuh harapan.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K.
Anshori Umar Sitanggal, Semarang : Toha Putra,1992.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan
Keserasian Al Qur'an, Vol.
I2, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K.
Anshori Umar Sitanggal, Semarang : Toha Putra,1974.
HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juzu’ XVII, Bogor: Pustaka
Panjimas,
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.K.
Anshori Umar Sitanggal, juz XXV, Semarang : Toha Putra,1993.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 1990.
El-Fandy, Muhammad Jamaluddin, Al-Qur’an tentang Alam
Semesta, Terj. Abdul Bar Salim, Jakarta: 2004.
Yahya, Harun, Al Qur’an dan Sains, Terj. Tim Penerjemah
Hikmah Teladan, Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar