· Hai pembaca setia blog saya. kali ini saya akan membagikan sebuah review jurnal penelitian. bagi mahasiswa review jurnal tidak asing lagi kedengarannya bahkan menjadi tugas sehari - hari bagi mahasiwa. tidak usah panjang lebar lagi mari kita langsung untuk mereview jurnal. judul jurnal kali ini yaitu sikap guru terhadap pendidikan inklusi ditijau dari faktor pembentuk sikap.
Judul Jurnal :
Sikap Guru terhadap Pendidikan Inklsi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap.
·
Penulis Jurnal :
Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari
·
Sumber Jurnal :
Jurnal
Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Vol. 2, No. 01,
Februari 2013
SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI
DITINJAU DARI FAKTOR PEMBENTUK SIKAP
Jurnal penelitian ini dilatar belakangi karena
peneliti melihat di lapangan masih terjadi diskriminasi dalam bidang pendidikan
khususnya anak berkebutuhan khusus. Meskipun dalam undang-undang telah secara
tegas mengatur pemerataan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara untuk
mengakses pendidikan. Contoh kasus diskriminasi di Indonesia salah satunya terdapat
di Sumatera Utara, setidaknya terdapat 15 kasus diskriminasi terhadap anak di
dunia pendidikan. Kasus-kasus diskriminasi dalam bidang pendidikan tersebut
terutama berkaitan dengan penerimaan siswa baru maupun akses untuk bersekolah,
salah satunya seperti yang dijelaskan oleh Jailani (2011 dalam Ikhwan, 2011), dalam
diskusi refleksi Hari Anak Nasional, bahwa di Kota Padang Sidempuan terdapat
anak yang ditolak mendaftar di sekolah menengah kejuruan karena memiliki
keterhambatan fisik.. Jailani juga menjelaskan bahwa diskriminasi dalam bidang
pendidikan di Sumatera Utara tidak hanya terjadi terhadap anak berkebutuhan khusus,
tetapi juga terhadap orang yang memiliki ekonomi lemah yang tidak bisa
mengakses pendidikan karena mahalnya biaya, terlebih untuk mengakses
sekolah-sekolah yang mengubah statusnya menjadi Rintisan Sekolah Berstatus
Internasional (RSBI). Salah satu program pendidikan yang dilakukan untuk
mengatasi isu diskriminasi dalam bidang pendidikan adalah pendidikan inklusi. Dalam praktek inklusi di sekolah guru
merupakan salah satu tokoh penting, karena guru berinteraksi secara langsung dengan
para siswa, baik siswa yang berkebutuhan khusus, maupun siswa non berkebutuhan
khusus.
Dalam jurnal ini dijelaskan pendidikan inklusi
adalah praktek yang mendidik semua siswa, termasuk yang mengalami hambatan yang
parah ataupun majemuk, di sekolah-sekolah regular yang biasanya dimasuki
anak-anak non berkebutuhan khusus. (Ormrod,2008). Pendidikan inklusi merupakan
praktek yang bertujuan untuk pemenuhan hak asasi manusia atas pendidika, tanpa
adanya diskriminasi, dengan member kesempatan pendidikan yang berkualita kepada
semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk secara aktif mengembangangkan
potensi pribadinya dalam lingkungan yang sama (Cartwright,1985 dalam Astuti,
Sonhadji, Bafadal, dan Soetopo, 2011). Pendidikan anak berkebutuhan khusus di
sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut (Ashman,
1994 dalam Emawati, 2008): kelas regular (inklusi penuh), kelas regular dengn
cluster, kelas regular dengan pull out, kelas regular dengan cluster dan pull
out, kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, kelas khusus penuh.
Dalam jurnal penelitian ini peneliti
menggunakan tipe penelitian
studi kasus intrinsik. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman, yaitu pedoman
wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit.
Subjek penelitian ini adalah guru laki-laki dan perempuan yang mengajar di
sekolah inklusi dimana masing-masing terdiri dari guru khusus dan guru reguler.
Dalam jurnal penelitian ini, hasil penelitian
didapatkan fakta di lapangan, berupa berbagai
sikap terhadap inklusi yang ditunjukan keempat subjek ditemukan berbagai
persamaan dan perbedaan. Berdasarkan
faktor pengalaman terdapat factor latar belakang
guru yang menunjukan alasan subjek menjadi guru di sekolah inklusi SDN K Surabaya.
Berdasarkan faktor ini ditemukan tiga perbedaan,
pertama terdapat guru yang bekerja di SDN K Surabaya karena penempatan yang
diberikan oleh dinas pendidikan karena subjek adalah
seorang guru yang memiliki latar belakang
Pendidikan Guru, kedua, karena kebutuhan ekonomi dan ingin mencari pengalaman
melihat bahwa dukungan finansial di sekolah masih kurang, ketiga, karena
rasa ingin tahu terhadap penanganan anak
berkebutuhan khusus memiliki pengalaman dengan anak berkebutuhan khusus jauh
sebelum bekerja di SDN K Surabaya.
Dalam
Faktor pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus menunjukan bahwa semua
subjek merasa anak berkebutuhan khusus sulit untuk ditangani, sehingga hal ini mempengaruhi
pandangan terhadap tingkat kelas dan layanan kelas untuk anak berkebutuhan
khusus. Pandangan para subjek tersebut juga
dipengaruhi oleh tipe guru yang mereka miliki. Guru khusus tidak pernah mengungkapkan
bahwa anak berkebutuhan khusus lebih baik ditempatkan di layanan kelas khusus
atau pra klasikal. Guru khusus dan guru reguler
perempuan lebih memiliki kedekatan terhadap anak
berkebutuhan khusus. Mereka lebih menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus
dan lebih memiliki empati kepada anak berkebutuhan
khusus. Guru khusus dan guru reguler
laki-laki lebih bersikap biasa terhadap anak berkebutuhan khusus dan menjaga
hubungan dengan anak berkebutuhan khusus sebatas hubungan antara guru dan
murid.
Faktor
pengetahuan sangat berperan dalam membentuk sikap guru , dan menariknya seluruh
subjek memiliki keinginan untuk mendalami pemahaman mengenai anak berkebutuhan
khusus, baik melalui belajar dari rekan kerja yang lebih senior, melalui
pelatihan, maupun melalui mendaftar pada sebuah universitas untuk melanjutkan
pendidikan di bidang Pendidikan Luar Biasa.
Pandangan sosio-politik keempat subjek
lebih mengarah pada pandangan terhadap dukungan pemerintah. Keempat subjek melihat
bahwa program pendidikan inklusi dari pemerintah sangat bagus bagi kehidupan
anak berkebutuhan khusus. Sistem sekolah merupakan faktor yang menarik dalam
membentuk sikap subjek terhadap pendidikan inklusi. Sistem sekolah di SDN
K Surabaya
adalah memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus melalui penempatan anak
ke dalam berbagai layanan kelas yang tersedia. Layanan kelas tersebut terdiri
dari kelas inklusi penuh, kelas pra klasikal, dan
kelas khusus.
Dalam
pembahasan jurnal penelitian ini, peneliti menemukan kesamaan dengan penelitian
sebelumnya yaitu dalam penelitian
ini ditemukan bahwa seluruh factor yang bersumber
dari guru, siswa, dan lingkungan pendidikan saling berhubungan satu
sama lain. Namun, ditemukan perbedaan antara penemuan
dalam penelitian ini dengan penemuan dalam penelitian terdahulu. Pertama, berdasarkan faktor siswa,
Avramidis dan Norwich (2002) menemukan bahwa sikap guru dipengaruhi oleh jenis
hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus, sedangkan dalam penelitian ini
sikap guru lebih dipengaruhi oleh kondisi keparahan anak berkebutuhan khusus
apapun jenis hambatannya.
Kedua, berdasarkan faktor guru dalam penelitan
ini ditemukan berbagai faktor yaitu tipe guru, tingkat kelas, latar belakang pendidikan,
latar belakang guru, pengalaman mengajar, pengalaman kontak dengan anak berkebutuhan
khusus, keyakinan guru, pandangan sosio - politik , pelatihan , pengetahuan,
kebutuhan belajar guru, gender, dan empati. Penelitian
ini menemukan factor baru yang belum ada pada penelitian sebelumnya,
yaitu faktor latar belakang guru, pengetahuan,
kebutuhan belajar guru, dan empati.
Ketiga, faktor lingkungan pendidikan yang melihat
berbagai dukungan yang diterima guru untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar
di sekolah inklusi. Faktor lingkungan pendidikan ini
terdiri dari dukungan sumber daya, dukungan orang tua dan keluarga, serta sistem
sekolah. Sistem sekolah merupakan faktor baru
yang ditemukan dalam penelitian ini yang belum ditemukan dalam penelitian sebelumnya.
Sistem sekolah menjadi penting dalam mempengaruhi sikap guru terhadap pendidikan
inklusi karena guru akan merubah keyakinannya
terhadap pendidikan inklusi menjadi sesuai dengan sistem yang berlaku di sekolah.
Sikap guru terhadap pendidikan inklusi yang
muncul dalam penelitian ini berupa sikap positif dan negatif. Sikap positif dalam
penelitian ini ditunjukan melalui penerimaan guru
terhadap kehadiran anak berkebutuhan khusus di dalam kelas yang diajar,
pandangan bahwa semua anak memiliki karakteristik
dan kebutuhan masing-masing, serta harapan dan dukungan terhadap inklusi. Sikap negatif ditunjukan melalui
kurang mendukungnya guru terhadap penempatan anak berkebutuhan khusus di kelas
inklusi penuh, serta pandangan guru yang negative terhadap kemampuan anak
berkebutuhan khusus.
Dalam jurnal ini disimpulkan Sikap guru
terhadap pendidikan inklusi yang muncul dalam penelitian ini berupa sikap positif
yaitu sikap menerima terhadap pendidikan inklusi dan sikap negatif yaitu sikap menolak
terhadap pendidikan inklusi. Faktor yang
muncul dalam penelitian ini, yaitu pertama, faktor
guru yang terdiri dari latar belakang guru, pandangan terhadap anak berkebutuhan
khusus, tipe guru, tingkat kelas, keyakinan guru,
pandangan sosio-politik, empati guru, dan gender. Kedua, factor pengalaman yang
terdiri dari pengalaman mengajar anak berkebutuhan khusus dan pengalaman kontak
dengan anak berkebutuhan khusus. Ketiga, factor pengetahuan
yang terdiri dari latar belakang pendidikan
guru, pelatihan, pengetahuan, dan kebutuhan
belajar guru. Keempat, factor lingkungan pendidikan yang terdiri dari dukungan
sumber daya, dukungan orang tua dan keluarga, dan
sistem sekolah.
sumber jurnal pendidikan inklusi
0 komentar:
Posting Komentar