Kamis, 07 April 2016

Review Jurnal Psikologi

 
·     Hai pembaca setia blog saya. kali ini saya akan membagikan sebuah review jurnal penelitian. bagi mahasiswa review jurnal tidak asing lagi kedengarannya bahkan menjadi tugas sehari - hari bagi mahasiwa. tidak usah panjang lebar lagi mari kita langsung untuk mereview jurnal. judul jurnal kali ini yaitu sikap guru terhadap pendidikan inklusi ditijau dari faktor pembentuk sikap.

   Judul Jurnal     : Sikap Guru terhadap Pendidikan Inklsi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap.
·         Penulis Jurnal  : Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari
·         Sumber Jurnal :   Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Vol. 2, No. 01, Februari 2013
 
SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI
DITINJAU DARI FAKTOR PEMBENTUK SIKAP
Jurnal penelitian ini dilatar belakangi karena peneliti melihat di lapangan masih terjadi diskriminasi dalam bidang pendidikan khususnya anak berkebutuhan khusus. Meskipun dalam undang-undang telah secara tegas mengatur pemerataan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara untuk mengakses pendidikan. Contoh kasus diskriminasi di Indonesia salah satunya terdapat di Sumatera Utara, setidaknya terdapat 15 kasus diskriminasi terhadap anak di dunia pendidikan. Kasus-kasus diskriminasi dalam bidang pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan penerimaan siswa baru maupun akses untuk bersekolah, salah satunya seperti yang dijelaskan oleh Jailani (2011 dalam Ikhwan, 2011), dalam diskusi refleksi Hari Anak Nasional, bahwa di Kota Padang Sidempuan terdapat anak yang ditolak mendaftar di sekolah menengah kejuruan karena memiliki keterhambatan fisik.. Jailani juga menjelaskan bahwa diskriminasi dalam bidang pendidikan di Sumatera Utara tidak hanya terjadi terhadap anak berkebutuhan khusus, tetapi juga terhadap orang yang memiliki ekonomi lemah yang tidak bisa mengakses pendidikan karena mahalnya biaya, terlebih untuk mengakses sekolah-sekolah yang mengubah statusnya menjadi Rintisan Sekolah Berstatus Internasional (RSBI). Salah satu program pendidikan yang dilakukan untuk mengatasi isu diskriminasi dalam bidang pendidikan adalah pendidikan inklusi.  Dalam praktek inklusi di sekolah guru merupakan salah satu tokoh penting, karena guru berinteraksi secara langsung dengan para siswa, baik siswa yang berkebutuhan khusus, maupun siswa non berkebutuhan khusus.
Dalam jurnal ini dijelaskan pendidikan inklusi adalah praktek yang mendidik semua siswa, termasuk yang mengalami hambatan yang parah ataupun majemuk, di sekolah-sekolah regular yang biasanya dimasuki anak-anak non berkebutuhan khusus. (Ormrod,2008). Pendidikan inklusi merupakan praktek yang bertujuan untuk pemenuhan hak asasi manusia atas pendidika, tanpa adanya diskriminasi, dengan member kesempatan pendidikan yang berkualita kepada semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk secara aktif mengembangangkan potensi pribadinya dalam lingkungan yang sama (Cartwright,1985 dalam Astuti, Sonhadji, Bafadal, dan Soetopo, 2011). Pendidikan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut (Ashman, 1994 dalam Emawati, 2008): kelas regular (inklusi penuh), kelas regular dengn cluster, kelas regular dengan pull out, kelas regular dengan cluster dan pull out, kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, kelas khusus penuh.
Dalam jurnal penelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian studi kasus intrinsik. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman, yaitu pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Subjek penelitian ini adalah guru laki-laki dan perempuan yang mengajar di sekolah inklusi dimana masing-masing terdiri dari guru khusus dan guru reguler.
Dalam jurnal penelitian ini, hasil penelitian didapatkan  fakta di lapangan, berupa berbagai sikap terhadap inklusi yang ditunjukan keempat subjek ditemukan berbagai persamaan dan perbedaan. Berdasarkan faktor pengalaman terdapat factor latar belakang guru yang menunjukan alasan subjek menjadi guru di sekolah inklusi SDN K Surabaya. Berdasarkan faktor ini ditemukan tiga perbedaan, pertama terdapat guru yang bekerja di SDN K Surabaya karena penempatan yang diberikan oleh dinas pendidikan karena subjek adalah seorang guru yang memiliki latar belakang Pendidikan Guru, kedua, karena kebutuhan ekonomi dan ingin mencari pengalaman melihat bahwa dukungan finansial di sekolah masih kurang, ketiga, karena rasa ingin tahu terhadap penanganan anak berkebutuhan khusus memiliki pengalaman dengan anak berkebutuhan khusus jauh sebelum bekerja di SDN K Surabaya.
            Dalam Faktor pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus menunjukan bahwa semua subjek merasa anak berkebutuhan khusus sulit untuk ditangani, sehingga hal ini mempengaruhi pandangan terhadap tingkat kelas dan layanan kelas untuk anak berkebutuhan khusus. Pandangan para subjek tersebut juga dipengaruhi oleh tipe guru yang mereka miliki. Guru khusus tidak pernah mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus lebih baik ditempatkan di layanan kelas khusus atau pra klasikal. Guru khusus dan guru reguler perempuan lebih memiliki kedekatan terhadap anak berkebutuhan khusus. Mereka lebih menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus dan lebih memiliki empati kepada anak berkebutuhan khusus. Guru khusus dan guru reguler laki-laki lebih bersikap biasa terhadap anak berkebutuhan khusus dan menjaga hubungan dengan anak berkebutuhan khusus sebatas hubungan antara guru dan murid.
 Faktor pengetahuan sangat berperan dalam membentuk sikap guru , dan menariknya seluruh subjek memiliki keinginan untuk mendalami pemahaman mengenai anak berkebutuhan khusus, baik melalui belajar dari rekan kerja yang lebih senior, melalui pelatihan, maupun melalui mendaftar pada sebuah universitas untuk melanjutkan pendidikan di bidang Pendidikan Luar Biasa.
Pandangan sosio-politik keempat subjek lebih mengarah pada pandangan terhadap dukungan pemerintah. Keempat subjek melihat bahwa program pendidikan inklusi dari pemerintah sangat bagus bagi kehidupan anak berkebutuhan khusus. Sistem sekolah merupakan faktor yang menarik dalam membentuk sikap subjek terhadap pendidikan inklusi. Sistem sekolah di SDN K Surabaya adalah memenuhi kebutuhan anak  berkebutuhan  khusus  melalui penempatan anak ke dalam berbagai layanan kelas yang tersedia. Layanan kelas tersebut terdiri dari kelas inklusi penuh, kelas pra klasikal, dan kelas khusus.
            Dalam pembahasan jurnal penelitian ini, peneliti menemukan kesamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu dalam penelitian ini ditemukan bahwa seluruh factor yang bersumber dari guru, siswa, dan lingkungan pendidikan saling berhubungan satu sama lain. Namun, ditemukan perbedaan antara penemuan dalam penelitian ini dengan penemuan dalam penelitian terdahulu. Pertama, berdasarkan faktor siswa, Avramidis dan Norwich (2002) menemukan bahwa sikap guru dipengaruhi oleh jenis hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus, sedangkan dalam penelitian ini sikap guru lebih dipengaruhi oleh kondisi keparahan anak berkebutuhan khusus apapun jenis hambatannya.
Kedua, berdasarkan faktor guru dalam penelitan ini ditemukan berbagai faktor yaitu tipe guru, tingkat kelas, latar belakang pendidikan, latar belakang guru, pengalaman mengajar, pengalaman kontak dengan anak berkebutuhan khusus, keyakinan guru,  pandangan  sosio - politik , pelatihan , pengetahuan, kebutuhan belajar guru, gender, dan empati. Penelitian ini menemukan factor baru yang belum ada pada penelitian sebelumnya, yaitu faktor latar belakang guru, pengetahuan, kebutuhan belajar guru, dan empati.
Ketiga, faktor lingkungan pendidikan yang melihat berbagai dukungan yang diterima guru untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar di sekolah inklusi. Faktor lingkungan pendidikan ini terdiri dari dukungan sumber daya, dukungan orang tua dan keluarga, serta sistem sekolah. Sistem sekolah merupakan faktor baru yang ditemukan dalam penelitian ini yang belum ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Sistem sekolah menjadi penting dalam mempengaruhi sikap guru terhadap pendidikan inklusi karena guru akan merubah keyakinannya terhadap pendidikan inklusi menjadi sesuai dengan sistem yang berlaku di sekolah.
Sikap guru terhadap pendidikan inklusi yang muncul dalam penelitian ini berupa sikap positif dan negatif. Sikap positif dalam penelitian ini ditunjukan melalui penerimaan guru terhadap kehadiran anak berkebutuhan khusus di dalam kelas yang diajar, pandangan bahwa semua anak memiliki karakteristik dan kebutuhan masing-masing, serta harapan dan dukungan terhadap inklusi. Sikap negatif ditunjukan melalui kurang mendukungnya guru terhadap penempatan anak berkebutuhan khusus di kelas inklusi penuh, serta pandangan guru yang negative terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus.
Dalam jurnal ini disimpulkan Sikap guru terhadap pendidikan inklusi yang muncul dalam penelitian ini berupa sikap positif yaitu sikap menerima terhadap pendidikan inklusi dan sikap negatif yaitu sikap menolak terhadap pendidikan inklusi. Faktor yang muncul dalam penelitian ini, yaitu pertama, faktor guru yang terdiri dari latar belakang guru, pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus, tipe guru, tingkat kelas, keyakinan guru, pandangan sosio-politik, empati guru, dan gender. Kedua, factor pengalaman yang terdiri dari pengalaman mengajar anak berkebutuhan khusus dan pengalaman kontak dengan anak berkebutuhan khusus. Ketiga, factor pengetahuan yang terdiri dari latar belakang pendidikan guru, pelatihan, pengetahuan, dan kebutuhan belajar guru. Keempat, factor lingkungan pendidikan yang terdiri dari dukungan sumber daya, dukungan orang tua dan keluarga, dan sistem sekolah.
  



sumber jurnal pendidikan inklusi 

0 komentar:

Posting Komentar